JAKARTA, TanahIndonesia.id - Awalnya, saya sempat ragu apakah perayaan Hari Pers Nasional (HPN) yang dipusatkan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, akan berlangsung sesuai harapan. Ada kekhawatiran, jangan-jangan ada gangguan dari organisasi sempalan yang merasa berhak menyandang predikat PWI yang sah. Namun, kekhawatiran itu sirna.
Bukan karena saya mengenal dekat Hendry Chaerudin Bangun (HCB) sejak sekantor di Majalah Sportif hingga Kompas-Gramedia (KG), lalu serta-merta mendukungnya. Tidak. Secara logis, PWI yang sah adalah yang dipimpin HCB, karena terpilih secara resmi melalui Kongres dan memiliki legalitas dari pemerintah Republik Indonesia.
Izinkan saya mengacungkan dua jempol sebagai bentuk apresiasi atas suksesnya pelaksanaan HPN Banjarmasin 2025. Semua ini tentu berkat kerja sama solid antara Tim Jakarta di bawah komando Raja Parlindungan Pane dan Tim Banjarmasin yang dikendalikan Zainal Helmie.
Saya teringat masa-masa aktif meliput ke luar negeri. Setiap kali kontingen olahraga Indonesia tiba di negara tujuan, kami selalu disambut dengan kalungan bunga. Momen serupa saya rasakan saat tiba di Bandara Syamsudin Noor—saya dikalungi selendang dan diberi topi khas. Bangga? Sudah pasti!
Acara Penuh Makna
Mari kita masuk ke inti acara. Dengan tema Pers Mengawal Ketahanan Pangan Sebagai Pilar Kemandirian Bangsa, seminar-seminar yang digelar menarik antusiasme tinggi dari para peserta. Tidak hanya sekadar seminar monoton di satu tempat, kegiatan HPN tahun ini tersebar di berbagai lokasi dengan agenda menarik, seperti, Seminar khusus Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI),Jalan Santai,Lomba Puisi, Training Tenis dan Sepak Bola, Rapat Kerja Wartawan Olahraga, Puncaknya: Anugerah Adinegoro.
Saat menghadiri seminar di Hotel Aria Barito, saya menerima telepon dari HCB yang mengajak bergabung dalam Rapat Kerja Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) PWI Pusat yang diketuai Agus Susanto. Dengan mobil Alphard hitam, kami pun meluncur ke lokasi. Antusiasme luar biasa dari perwakilan 30 SIWO daerah membuat saya, Ian Situmorang, bersama Yesaya Oktavianus dan Jimmy Harianto (trio eks wartawan KG), diminta Herwan Pebriansyah (Bendahara SIWO Pusat) untuk berbagi pengalaman meliput di berbagai negara.
Kami tak menyangka, ada wartawan yang menitikkan air mata haru hanya karena bisa bertatap muka dan bersalaman dengan kami. Ini mengingatkan bahwa jurnalisme olahraga memiliki tempat tersendiri di hati banyak orang.
Legenda Wartawan Olahraga
Di kalangan wartawan olahraga, ada istilah “wartawan olahraga yang sudah haji.” Gelar ini diberikan kepada mereka yang telah meliput tiga ajang besar: Piala Dunia Sepak Bola, Olimpiade, dan Grand Slam. Kebetulan, saya dan rekan-rekan sudah melewati pengalaman tersebut. Walau peluang meliput event olahraga ke luar negeri semakin tipis karena perkembangan media sosial, optimisme tetap harus dijaga. Tidak bermaksud menyombongkan diri, tapi saya telah meliput olahraga di lebih dari 50 negara, dari Myanmar hingga Rusia.
Panitia HPN juga menghadirkan mantan juara tenis Asian Games, Suharyadi, untuk memberikan pelatihan singkat bagi anak-anak. Sementara itu, bagi penggemar sepak bola, panitia menampilkan mantan pemain nasional Gendut Doni. Walaupun hujan mengguyur lapangan sintetis, semangat anak-anak tetap membara.
Secara keseluruhan, pelaksanaan HPN tahun ini berjalan sukses—kalau perlu, sukses besar! Bukti di lapangan tak bisa dibantah. Ibarat pesan martabak, Komplet, Sip Pake Telor!
Saudara-saudaraku, janganlah persahabatan kita sebagai insan pers terpecah hanya karena mengikuti ego segelintir orang. Kembalilah ke jalan yang benar, mumpung pintunya masih terbuka lebar.
Ke Banjarmasin beli durian Marawin,Makan satu, mau lagi, nyaman sir...
IAN SITUMORANGMantan Pemimpin Redaksi Tabloid BOLA